Selasa, 16 November 2010

Proporsal Tesis

 
 


PENGARUH PENYEDIAAN ALAT PEMBELAJARAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU
PADA SMK NEGERI 1 BETUNG
KABUPATEN BANYUASIN


PROPOSAL TESIS


Oleh :
NAZARUDDIN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
NIM : 10251026D


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
PALEMBANG
2010


Halaman Persetujuan untuk Seminar Proposal  Penelitian
Judul Tesis:     PENGARUH PENYEDIAAN ALAT PEMBELAJARAN  DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 BETUNG KABUPATEN BANYUASIN
Tesis ini telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Program Magister Manajemen / Program Magister Manajemen Kosentrasi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Bina Darma.

Palembang,           Nopember  2010
Mengetahui,                                                    Tim Pembimbing
Ketua Program Studi                                      Pembimbing I,
Program Magister Manajemen


Prof.Dr.H. Zainuddin Ismail, M.M.               Dr. H. Dedi Rianto Rahadi,M.M.


                                                            Pembimbing II,


Rabin Ibnu Zainal, SE, M.Sc.
                                                                              


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN PROPOSAL TESIS............ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.           Latar Belakang Masalah  ……………………………………….   1
1.2.           Rumusan Masalah ………………………………………………   6
1.3.           Tujuan Penelitian ………………………………………………..   6
1.4.           Manfaat Penelitian ………………………………………………   6
BAB II KAJIAN PERPUSTAKAAN
2.1.           Penyediaan Alat Pembelajaran .............................................   8
2.2.           Iklim Sekolah ................ ........................................................  11
2.3.           Dimensi dan Skala Iklim Sekolah ..........................................  13
2.4.           Konsep Kinerja .................. ...................................................  14
2.5.           Kinerja Guru .........................................................................   17
2.6.           Penelitian Terdahulu ............................................................   22
2.7.           Kerangka Berfikir ..................................................................  24
BAB. III. METODELOGI PENELITIAN
3.1.           Desain  Penelitian .................................................................  25
3.2.           Populasi dan Sampel ............................................................  25
3.3.           Variabel dan Pengukuran …………………………..........……  25
3.4.           Metode Pengumpulan Data …………………………...........…  29
3.5.           Uji Instrumen Penelitian  ………………...……………............   30
3.6.           Teknik Analisis …………………………………………............   33

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................  36
Lampiran.
1.      KUESIONER ..................................................................................   38
2.      JURNAL .........................................................................................   39


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang tertata baik dan sistimatis yang melaksanakan proses pendidikan menjadi suatu sumbangan besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses pendidikan dengan tujuan mempersiapkan mereka dengan berbagai ilmu dan keterampilan agar lebih mampu berperan dalam kehidupan masyarakat. Kedudukan sekolah sangat penting dalam kehidupan masyarakat pada dasarnya tidak terlepas dari fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan bagi masyarakatmemiliki peran penting dan menentukan dalam perkembangan masyarakat
Dalam menjalankan perannya, sekolah perlu didukung oleh banyak faktor dan komponen agar proses yang ada dapat mencapai tujuan yang. Faktor utama yang harus ada di suatu sekolah adalah kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan, alat pembelakaran maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2). Sementara itu, Abdul Shukor (1995) mengemukakan ciri sekolah yang baik diantaranya (1) Manajemen kepemimpinan sekolah, (2) Iklim sekolah yang kondusif (3) suasana disiplin yang baik, (4) Proses pengajaran yang efektif dan (5) Kualitas dan kemajuan belajar siswa.
Alat pembelajaran, sebagai salah satu komponen yang harus ada di sekolah merupakan perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, selain itu sekolah harus memiliki prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan ( Lampiran Permendiknas Nomor 24 tahun 2007, h.66) yaitu proses pembelajaran.
Agar sekolah dapat berjalan dengan baik maka ketersediaan alat pembelajaran ini sangat penting dan memerlukan pengelolaan yang baik. Guru sebagai pelaksana utama proses pembelajaran di sekolah akan dapat melaksanakan pembelajaran dengan optimal, jika didukung oleh alat pembelajaran. Dengan adanya alat pembelajaran, siswa dan guru lebih mudah dan cepat dalam memahami suatu materi. Selain itu juga teori yang dijelaskan dengan alat pembelajaran yang tepat maka siswa lebih mudah dalam memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga siswa akan memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, memiliki ketrampilan yang dapat membantu kehidupan setelah tamat sekolah dan memilik perllaku dan kepribadian yang baik.
Iklim sekolah sebagaimana pendapat Sergiovanni dan Startt (1993) dalam Hadiyanto (2004: 153) merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, Dengan adanya ciri tertentu dari sekolah menunjukkan iklim sekolah yang baik, karena keadaan suatu sekolah yang nyaman dan tenang dalam melaksanakan proses pembelajaran menujukkan sekolah di kelola dengan baik. Dari banyak pendapat para ahli pendidikan, bahwa iklim sekolah itu pada intinya adalah merupakan suatu kondisi, dimana keadaan sekolah dan lingkungannya dalam keadaan yag sangat aman, nyaman, damai dan menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar.
Sekolah yang didukung iklim sekolah yang baik seperti jumlah siswa 32 orang atau kurang, sehingga tidak panas dan tidak berdesakan duduknya. Suasana kelas yang nyaman yang didukung oleh tanaman sekitar kelas menjadi teduh dan dingin, ditambah lagi hubungan guru dan murid yang akrab dalam belajar menjadikan suasana belajar yang santai tapi serius dan tidak tegang dan siswa tidak dalam suasana takut. Disiplin guru dan siswa dalam belajar sehingga di sekolah terdapat keteraturan, keindahan, kenyamanan, keamanan dan kondisi lain yang mendukung prose pembelajaran di sekolah.
Penyediaan alat pembelajaran dan iklim sekolah sebagai faktor penting di sekolah dan memiliki pengaruh pada kinerja guru di sekolah karena kinerja sebagai indikator yang penting dalam keterlaksanaan proses pembelajaran di sekolah agar lebih berkualitas
Keberadaan Guru dalam suatu sekolah merupakan faktor yang sangat penting, baik dari segi kuantitas, relevansi dan kualitas. Jumlah guru di suatu sekolah perlu banyak, namun relevansi dengan mata pelajaran dan kualitas dari seorang guru sangat diperlukan, terutama dalam peningkatan kualitas pembelajaran untuk menghasilkan tamatan yang berkualitas. Erat dengan kualitas guru di sekolah, terkadang di abaikan begitu saja dan dianggap sebagai hal yang tidak penting.
Kualitas guru terkait dengan kinerja guru. Kinerja Guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan kinerja guru di sekolah, perlu dicarikan benang merah dengan komponen lain yang ada di sekolah, sehingga antara komponen atau unsur yang ada di sekolah memiliki keterkaitan dalam menjalankan aktivitas sekolah dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
. Kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila di kaitkan dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan.
Dari pendapat beberapa ahli sumber daya manusia dan pendidikan, belum banyak mengemukakan hubungan secara jelas antara kinerja dengan pengelolaan alat pembelajaran dan iklim sekolah dengan kinerja guru. Kemudian di tempat penulis sebagai tenaga pengajar atau guru, merasakan alat pembelajaran sekolah yang belum optimal yang ada hanya sarana sekolah seperti ruang kelas, guru, administrasi dan kepala sekolah dan ruang praktek / bengkel dan perpustakaan. Juga belum didukung oleh peralatan untuk proses pembelajaran seperti in fokus, buku pelajaran, alat praktek, alat olahraga, media pendidikan dan alat untuk kegiatan administrasi.
Selain itu juga iklim sekolah belum sepenuhnya kondusif, diantaranya kondisi WC Siswa yang belum baik, lingkungan sekolah yang belum memiliki tanaman dan taman yang memadai, belum memiliki pagar sekolah, suasana kelas yang panas, akses jalan ke sekolah belum baik, disiplin siswa dalam belajar, berpakaian dan bersikap belum terkondisi dengan baik.
Walaupiun demikian, proses pembelajaran telah dapat berjalan dengan baik dan lancar dengan sarana yang terbatas, kondisi yang seadanya. Guru terlihat bersemangat dalam mengajar di kelas dan siswapun belajar dengan antusias. Kondisinya menarik bagi penulis, dimana walaupun sekolah baru didirikan dengan alat pembelajaran belum cukup dan iklim sekolah belum kondusif tetapi proses pembelajaran telah terlaksana dengan baik dan hasil belajar siswa, baik pengetahuan dan ketrampilan siswa sudah terlihat walaupun belum optimal. Ini menujukkan kinerja guru telah baik. Benarkah demikian ? Hal ini membuat peneliti mencoba meneliti dengan mencari pengaruh daridua variabel yang ada yaitu pengelolaan alat pembelajaran dan iklim sekolah terhadap kinerja guru.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1.2.1. Apakah ada pengaruh penyediaan alat pembelajaran terhadap kinerja guru ?
1.2.2. Apakah ada pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru ?
1.2.3. Seberapa besar pengaruh pengelolaan alat pembelajaran sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1. Untuk menganalisis pengaruh pengelolaan alat pembelajaran terhadap kinerja guru
1.3.2. Untuk menganalisis pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru
1.3.3. Untuk menganalisis pengaruh pengelolaan alat pembelajaran dan iklim sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja guru
1.4. Manfaat Penelitian
Bagi Penulis Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap pengetahuan teoritis yang telah didapatkan selama masa studi dan menambah pengetahuan akan masalah-masalah yang berhubungan kinerja guru di sekolah
1.4.1. Bagi sekolah dan pengelola sekolah hasil penelitian tersebut dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut didalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah pada masa yang akan datang.
1.4.2. Bagi Pihak Lain Semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang akan menambah pengatahuan pembaca dan dapat menjadi dasar untuk mengadakan penelitian sejenis yang lebih baik





















BAB. II
KAJIAN PERPUSTAKAAN
2.1. Penyediaan Alat Pembelajaran
Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007, ada beberapa Pengertian yang berhubungan dengan sarana dan prasarana sekolah yaitu :
2.1.1. Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.
2.1.2. Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah.
2.1.3. Perabot adalah sarana pengisi ruang.
2.1.4. Peralatan pendidikan adalah sarana yang secara langsung digunakan untuk pembelajaran.
2.1.5. Media pendidikan adalah peralatan pendidikan yang digunakan untuk membantu komunikasi dalam pembelajaran.
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah, 2004, h,49, dikatakan bahwa.sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-mengajar. Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan : Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, h. 700) Dalam pendidikan misalnya : lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga, uang dan sebagainya. Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya : ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal, 2003, Cet,1 h. 3 bahwa .prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana prasarana pendidikan adalah semua fasilitas yang secara langsung dan tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah, Sarana Prasarana tidak langsung disebut dengan prasarana seperti gedung sekolah, pagar, jalan, listrik, telepon dan lain-lain yang. Sedangkan sarana lebih dikhususkan kepada sarana yang berhuubungan langsung dengan proses belajar pembelajaran di kelas agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.
Sarana yang digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran yang disebut alat pembelajaran, meliputi :
1. Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar pembelajaran. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-gambar, alat tulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pembelajaran (Suryo Subroto, Administrasi Pendidikan di sekolah, Jakarta, Bina Aksara, 1998)
2. Alat peraga
Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada siswa.
3. Media pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar(B. Suryo Subroto, 1998,h. 45 ). Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa), sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.( Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, 2002,h.11). Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pengelolaan alat pembelajaran turut menentukan kualitas dari proses belajar mengajar disekolah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Cahyono (2005) yang menunjukkan bahwa ketersediaan alat pembelajaran belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian kemampuan guru dalam mengelola dan memanfaatkan alat pembelajaran memang diperlukan agar benar-benar menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif. rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, namun dalam rangka itu pula di sekolah perlu adanya layanan profesional di bidang alat pembelajaran (Gorton dalam Bafadal, 2004)
2.2. Iklim Sekolah
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan iklim sekolah. Definisi iklim sekolah tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut Hoy dan Miskell (1982) dalam Hadiyanto (2004: h.153) merupakan kualitas dari lingkungan yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2004: h.153) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik di sekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha (administrator) yang bekerja untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi (sekolah) dengan dimensi individu.
Hampir senada dengan pendapat di atas, adalah pendapat Sergiovanni dan Startt (1993) dalam Hadiyanto (2004:h. 153) yang menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain, mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan prasaan psikologis yang dimiliki guru dan peserta didik di sekolah tertentu.
Sulistiyani dan Rosidah (2003: h,77) menyatakan iklim organisasi, yakni lingkungan internal atau psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik-praktik dan kebijakan sumber daya manusia yang diterima oleh anggota organisasi. Semua organisasi yang memiliki iklim yang manusiawi dan partisipatif menerima dan memerlukan praktik-praktik manajemen sumber daya manusia yang berbeda dengan iklim yang beriklim otokratik. Apabila iklim organisasi terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan konstruktif. Iklim keterbukaan bagaimanapun juga hanya tercipta jika pegawai mempunyai tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan manajerial.
Effendi (1997) dalam Arif jauhari (2005:h,4) mengemukakan bahwa iklim organisasi sekolah merupakan persepsi para guru dan personil sekolah lainnya tentang struktur kerja sekolah, gaya kepemimpinan, manajemen, supervisi, dan faktor lingkungan sosial penting lainnya yang tampak pada sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi kerjanya. Selanjutnya dijelaskan bahwa persepsi tersebut mempunyai dampak terhadap semangat kerja atau moral kerja para guru dan personil sekolah lainnya yang akhirnya akan mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar.
2.3. Dimensi dan Skala Iklim Sekolah
Dimensi iklim sekolah dikembangkan atas dasar dimensi umum yang dikemukakan oleh Moos dan Arter dalam Mutamimah Retno Utami ( 2006: h, 35), yaitu dimensi hubungan, dimensi pertumbuhan atau perkembangan pribadi, dimensi perubahan dan perbaikan sistem, dan dimensi lingkungan fisik.
2.3.1. Dimensi Hubungan
Dimensi hubungan mengukur sejauh mana keterlibatan personalia yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru dan peserta didik, saling mendukung dan membantu, dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka. Moos dalam (Hando_oz@yahoo.com, 2008, h,119), mengatakan bahwa dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antara guru dengan guru, dan antara guru dengan personalia sekolah lainnya dengan kepala sekolah. Skala yang termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah dukungan pesrta didik, afiliasi, keretakan, keintiman, kedekatan, dan keterlibatan.
2.3.2. Dimensi Pertumbuhan atau Perkembangan Pribadi
Dimensi pertumbuhan pribadi yag disebut juga dimensi yang berorientasi pada tujuan, membicarakan tujuan utama sekolah dalam mendukung pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan motivasi diri guru untuk tumbuh dan berkembang. Skala-skala iklim sekolah yang dapat dikelompkkan ke dalam dimensi ini diantaranya adalah minat profesional, halangan, kepercayaan, standar prestasi dan orientasi pada tugas.
2.3.4. Dimensi Perubahan dan Perbaikan Sistem
Dimensi ini membicarakan sejauh mana iklim sekolah mendukung harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. Skala-skala iklim sekolah yang termasuk dalam dimensi ini antara lain adalah kebebasan staf, partisipasi dalam pembuatan keputusan, inovasi, tekanan kerja, kejelasan dan pegawasan.
2.3.5. Dimensi Lingkungan Fisik
Dimensi ini membicarakan sejauh mana lingkungan fisik seperti fasilitas sekolah dapat mendukung harapan pelaksanaan tugas. Skala-skala yang termasuk dalam dimensi ini diantarnya adalah kelengkapan sumber dan kenyamanan lingkungan. Studi tentang keterkaitan antara iklim lembaga kerja dengan tingkah laku seseorang sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1935, diantaranya dilakukan oleh Lewin, Fisher, yang dapat dimengerti bahwa lingkungan (sekolah) dapat menyebabkan perubahan tingkah laku anak dan juga guru yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja mereka.
2.4. Konsep Kinerja
Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan, sedang kata performance berarti “The act of performing; execution”( Webster Super New School and Office Dictionary ), menurut Henry Bosley Woolf performance berarti “The execution of an action” (Webster New Collegiate Dictionary ) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja atau performance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan suatu kegiatan, oleh karena itu performance sering juga diartikan penampilan kerja atau prilaku kerja.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi kinerja untuk lebih memberikan pemahaman akan maknanya. Pendapat Para Pakar tentang pengertian kinerja :
2.4.1. Performance diartikan sebagai hasil pekerjaan, atau pelaksanaan tugas pekerjaan. (Pariata Westra et al. 1977:h. 246).
2.4.2. Kinerja adalah proses kerja dari seorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu, Bateman (1992:h. 32)
2.4.3. Prestasi Kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang disasari oleh pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu, Nanang Fattah (1999:h. 19)
2.4.4. Performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specific time period. Bernardin dan Russel dalam Ahmad S Ruky (2001:h. 15)
2.4.5. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:h. 67)
2.4.6. Basically, it (performance) means an outcome – a result. It is the end point of people, resources and certain environment being brought together, with intention of producing certain things, whether tangible product or less tangible service. To the extent that this interaction results in an outcome of the desired level and quality, at agreed cost levels, performance will be judged as satisfaktory, good, or excellent. To the extent that the outcome is disappointing, for whatever reason, performance will be judged as poor or deficient. Murray Ainsworth et.el (2002:h. 3)
Dari beberapa pengetian kinerja di atas, kesimpulan yang dapat diambil bahwa kinerja merupakan suatu kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Dengan demikian istilah kinerja mempunyai pengertian akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut A. Dale Timpe dalam bukunya Performance sebagaimana dikutip oleh Ch. Suprapto (1999:h.14) dikemukakan bahwa Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling berkaitan yaitu keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal. Keterampilan dasar yang dibawa seseorang ke tempat pekerjaan dapat berupa pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan teknis.
Keterampilan diperlukan dalam kinerja karena keterampilan merupakan aktivitas yang muncul dari seseorang akibat suatu proses dari pengetahuan, kemampuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Upaya dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Tingkat keterampilan berhubungan dengan apa yang “dapat dilakukan”, sedangkan “ upaya” berhubungan dengan apa yang “akan dilakukan”. Kondisi eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat dilingkungannya yang mempengaruhi kinerja. Kondisi eksternal merupakan fasilitas dan lingkungan kerja yang mendukung produktivitas/kinerja karyawan, interaksi antara faktor internal dengan eksternal untuk menghasilkan sesuatu dengan kualitas tertentu merupakan unsur yang membentuk kinerja, ini sejalan dengan pendapat.
2.5. Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Guru sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang Guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar.
Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan relajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pda penampilan mereka baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen, di jelaskan bahwa seorang guru harus memiliki Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Artinya jika guru memiliki semua itu maka guru disebut guru profesional, hal ini menandakan bahwa guru memiliki kinerja yang baik. Hal utama dalam guru profesional bahwa guru harus memiliki kompetensi yang terdiri dari :
2.5.1. Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi:
2.5.1.1. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2.5.1.2. pemahaman terhadap peserta didik;
2.5.1.3. pengembangan kurikulum atau silabus;
2.5.1.4. perancangan pembelajaran;
2.5.1.5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
2.5.1.6. pemanfaatan teknologi pembelajaran;
2.5.1.7. evaluasi hasil belajar; dan
2.5.1.8. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.5.2. Kompetensi kepribadian mencakup kepribadian yang:
2.5.2.1. beriman dan bertaqwa;
2.5.2.2. berakhlak mulia;
2.5.2.3. arif dan bijaksana;
2.5.2.4. demokratis;
2.5.2.5. mantap;
2.5.2.6. berwibawa;
2.5.2.7. stabil;
2.5.2.8. dewasa;
2.5.2.9. jujur;
2.5.2.10. sportif;
2.5.2.11. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
2.5.2.12. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
2.5.2.13. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
2.5.3. Kompetensi sosial. merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
2.5.3.1. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;
2.5.3.2. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
2.5.3.3. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
2.5.3.4. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
2.5.3.5. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
2.5.4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
2.5.4.1. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
2.5.4.2. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Kinerja guru merupakan hasil kerja di mana para guru mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan. Menurut Ivor K. Davies,(1987 h.35-36) mengatakan bahwa seorang mempunyai empat fungsi umum yang merupakan ciri pekerja seorang guru, adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan, yaitu pekerjaan seorang guru menyusun tujuan belajar.
b. Mengorgasisasikan, yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efesien, dan ekonomis mungkin.
c. Memimpin, yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar.
d. Mengawasi, yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukunya mengubah tujuan.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan dari pengertian di atas, bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja. Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan yang terdiri dari :
1. Kemampuan guru dalam pembelajaran
1.1. Menyusun Rencana Pembelajaran
1.2. Melaksanakan Pembelajaran
1.3. Melaksanakan Penilaian dan Remedial
1.4. Pengembangan diri siswa & aktualisasi dalam masyarakat
2. Memilik Kepribadian yang baik, meliputi :
2.1. Beriman dan bertaqwa
2.2. Berakhlak mulia
2.3. Menjadi teladan bagi semua orang
2.4. Selalu Berusaha Mengembangkan diri
3. Kemampuan sosial,
3.1. Berkomunikasi dengan baik
3.2. Mampu menggunakan teknologi dengan baik
4. Kemampuan profesional.
4.1. Menguasai Materi Pelajaran
4.2. Menggunakan Konsep keilmuan, teknologi dan seni dalam melaksanakan tugas
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
2.6.1. Siti Nurubay (2008), Pengaruh Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Dua Mei Ciputat, dengan menggunakan teknik untuk mencari korelasi antar dua variable dengan menggunakan rumus Product of Moment Corelation, yaitu Sarana dan Prasarana terhadap Motivasi belajar siswa, maka didapat suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa SMP Dua Mei Ciputat. Hal ini menunjukkan bahwa Sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam proses pendidikan dan memiliki pengaruh yang signifikasn terhadap Motivasi Siswa dan berarti juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam konteks ini peranan guru sangat penting karena sarana prasarana belajar erat kaitanya dengan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2.6.2. Mutamimah Retno Utami, dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda bahwa salah kesimpulan yang diperoleh ”Ada pengaruh yang signifikan iklim sekolah terhadap kinerja guru SMP”Negeri 8 Semarang . Artinya Iklim sekolah ada pengaruhnya terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.
2.6.3. MUSAROFAH, dalam skripsi yang dilakukannya penelitian dengan judul : KINERJA GURUdi MTs Al-Wathoniyah I Cilungup Duren Sawit - Jakarta Timur, melalui teknis analisis data dekripsi, diperoleh kesimpulan bahwa Kinerja guru di MTs Al-Wathoniyah I Cilungup. Menyangkut dimensi kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam evaluasi pembelajaran, serta kinerja guru dalam disiplin tugas. Cukup baik dengan skor 96,6. Hal ini menunjukkan bahawa kinerja guru sangat penting dalam proses pembelajaran dan pembentukan perilaku siswa agar menuju ke arah yang positif dan berakhak mulia.
2.6.4. Yuliani Indrawati, dalam jurnal yang berjudul : Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja guru Matematika Dalam Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada SMA di Kota Palembang, menunjukkan bahwa Kinerja guru banyak faktor yang memperngaruhinya, diantaranya adalah pengetahuan, ketrampilan dan motivasi. Hal ini penting menjadi dasar bagi penulis bahwa kinerja sangat penting dalam proses pembelajaran dan apakah faktor lain juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru seperti iklim sekolah dan alat pembelajaran.
2.7. Kerangka Berfikir
Guru adalah unsur utama dalam suatu proses pendidikan. Guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi intruksional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kinerja yang tinggi demi tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya kinerja seseorang bisa dipengaruhi oleh diri-sendiri juga dari dari orang lain atau lingkungan
Secara garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah :





















BAB.III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian sebab akibat ( cauality sudy ), yaitu untuk melihat pengaruh dari hubungan antara variabel-variabel bebas yang terdiri dari penyediaan alat pembelajaran (X1), iklim sekolah (X2), dengan variabel terikat yaitu kinerja guru (Y), serta untuk menguji variabel gabungan (X1) dan (X2) terhadap (Y) atau kinerja guru. Seluruh data akan diproses dan diolah dengan suatu analisis kuantitatif.
Tempat Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Betung Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan, selama 3 bulan di mulai bulan Oktober 2010.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di SMK Negeri 1 Betung sebanyak 31 orang guru yang terdiri dari 20 orang guru PNS dan 11 orang guru Tenaga Harian Lepas (THL). Karena populasi ini kurang dari 100, menurut Istijanto (2005, h. 58) maka sampel peneltian adalah semua guru yang mengajar di SMK Negeri 1 Betung yang berjumlah 31 orang.
3.3. Variabel dan Pengukuran
Variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi. (Sanapiah Faisal, 1982 h. 82). Sedangkan menurut .Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud dalam, buku Metodologi Penelitian, Oleh Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2004,h. 118). menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
3.3.1. Variabel Penyediaan Alat Pembelajaran (X1)
Variabel ini sebagai Variabel Independen (Variabel Bebas), yaitu masukan yang memberi pengaruh terhadap kinerja guru. Variabel ini diberi simbol dengan huruf X1. Berikut Matriks dan Kisi-kisi Angket Penelitian ( Sumber : Siti Nurubay, Pengaruh pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan terhadap motivasi belajar siswa di SMP 2 Mei Ciputat, 2008 h.32)
No Variabel Dimensi Indikator No. Butir Jumlah Item
1 Variabel
(X1)
Pengelolaan Alat Pembelajaran
Penyediaan Alat pembe- lajaran
dalam ruang
kelas/praktek
a. Ketersediaan alat pelajaran
b. Ketersediaan dan alat peraga
c. Ketersediaan Media pengajaran


1 - 11


12 - 14



15 – 20






11


3



6




3.3.2. Variabel Iklim Sekolah
Variabel bebas Iklim Sekolah (X2), yaitu iklim sekolah merupakan suatu kondisi, dimana keadaan sekolah dan lingkungannya dalam keadaan yag sangat aman, nyaman, damai dan menyenangkan untuk bekerja, belajar, berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi sekolah. Indikator Iklim Sekolah ialah: a) Dimensi hubungan, b) Dimensi Pertumbuhan atau Perkembangan Pribadi, c) Dimensi Perubahan dan Perbaikan Sistem, d) Dimensi Lingkungan fisik.( Sumber : (Mutaminah Retno Utami, Lampiran, 2006)
Berikut ini Matriks dan Kisi-kisi Angket untuk variabel iklim sekolah :
No Variabel Dimensi Indikator No. Butir Jml Item
1 Variabel
(X1)
Iklim Sekolah
a. Dimensi Hubungan





b. Dimensi Pertumbuhan /perkembangan Pribadi

c. Dimensi sistem




d. Dimensi lingkungan fisik


• Hubungan dengan organisasi
• Hubungan & Komunikasi dengan warga sekolah dan orang tua siswa

• Komitmen dengan organisasi
• Motivasi diri


• Bagian dari sekolah telah menjalankan tugas dengan baik
• Hubungan kerja bagian harmonis

• Kelengkapan sarana prasarana sekolah

• Kenyamanan dalam menjalankan tugas





1,2,3,4

5,6,7




8,9,

10,11


12,13


14.15, 16


17,18,



19,20

4

3




2

2


2


3


2



2





3.3.3. Variabel Kinerja Guru
Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat (Y) dimensi mengarah pendapat para ahli dan kompetensi guru, yaitu kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas-tugas yang diembannya, baik tugas pembelajaran maupun tugas kelembagaan lainnya. Indikator Kinerja Guru ialah: a) Kompetensi Dalam Mengajar, b) Kompetensi Kepribadian, c) Kompetensi Sosial, d) Kompetensi Profesional.
Berikut ini Matriks dan Kisi-kisi Angket untuk variabel Kinerja Guru :
No Variabel Dimensi Indikator No. Butir Jml Item
1 Variabel
(Y)
Iklim Sekolah
PP No 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen
Pendapat ahli manajemen pendidikan tentang Kinerja guru


• Kemampuan Dalam Pembelajaran
a. Menyusun Rencana Pembelajaran
b. Melaksanakan Pembelajaran

c. Melaksanakan Penilaian dan Remedial
d. Pengembangan diri siswa & aktualisasi dalam masyarakat
• Memilik Kepribadian yang baik, meliputi :
a. Beriman dan bertaqwa
b. Berakhlak mulia
c. Menjadi teladan bagi semua orang
d. Selalu Berusaha Mengembangkan diri
• Kemampuan sosial,
a. Berkomunikasi dengan baik
b. Mampu menggunakan teknologi dengan baik
• Kemampuan profesional.
a. Menguasai Materi Pelajaran
b. Menggunakan Konsep keilmuan , teknologi dan seni dalam melaksanakan tugas


1-3


4-6


7


8





9

10- 11

12

13-14


15

18





19

20


3


2


1


1





1

2

1

2


1

1





1

1







3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilaksanakan secara sistematis dengan prosedur yang standar (Arikunto 1998: 225). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Metode Dokumentasi
Dalam hal ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah dan prosentase guru, dokumen persiapan mengajar guru, serta data tentang alat pembelajaran yang ada di sekolah.
3.4.2 Metode Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. (Arikunto 1998: 140) Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari responden mengenai ketersediaan dan pengeloaan alat pembelajaran sekolah, iklim sekolah, dan kinerja guru SMK Negeri 1 Betung. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala yaitu merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda centang () pada tempat yang sudah disediakan dengan alternatif jawaban yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. (Arikunto 2005: 105)
Untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel yang pengumpulan datanya menggunakan keusioner (angket), sesuai dengan metode Likert, setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu diklasifikasikan dan diberi skor atau nilai yaitu:
1) skor 5 jika jawaban responden sangat setuju
2) skor 4 jika jawaban responden setuju
3) Skor 3 jika jawaban responden ragu-ragu
4) skor 2 jika jawaban responden kurang setuju
5) skor 1 jika jawaban responden tidak setuju
3.4.3 Metode Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto 1998: 145). Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan, yaitu mengenai kinerja guru yang diajukan kepada kepala sekolah.
3.5. Uji Instrumen Penelitian
3.4.1. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto 1998: 160). Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, apabila dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat.
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal yaitu, validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan (Arikunto 1998: 162). Dalam penelitian ini digunakan analisa butir, untuk menguji validitas setiap butir, skor-skor yang ada pada tiap butir dikorelasikan dengan skor total. Sedangkan rumus yang digunakan adalah uji Korelasi Product Moment, yang rumusnya:
rxy = NΣXY - (ΣX )( ΣY )

{NΣX2 (ΣX)2} {NΣY2 (ΣY)2}

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = jumlah responden
ΣX = jumlah skor butir soal
ΣY = jumlah skor total
ΣXY = jumlah perkalian skor butir soal
ΣX2 = jumlah kuadrat skor butir soal
ΣY2 = jumlah kuadrat skor total

Kemudian hasil rxy hit dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika didapatkan harga rxy hit > r tabel, maka butir instrumen dikatakan valid, akan tetapi sebaliknya jika harga rxy hit < r tabel, maka dikatakan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid (Arikunto 1998 : 146). 3.4.2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik (Arikunto 1998: 154). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket dan skornya berupa rentangan antara 1 sampai 4 dan uji validitas menggunakan item total. Untuk menerangkan bahwa untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian maka menggunakan rumus Alpha, yang rumusnya: K  α b2 r11 = 1 - (k -1) σ12 Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrumen n = Banyaknya butir soal αb2 = Jumlah varian butir σ12 = Varian total (Arikunto 1998: 192-193) Untuk memperoleh varians butir dicari terlebih dahulu setiap butir, kemudian dijumlahkan. Rumus yang digunakan untuk mencari varians adalah: Σ(x2) – (Σx)2 α2 = N N Keterangan: α = varians butir X = jumlah skor N = jumlah responden (Arikunto 1998: 178) Teknik untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini adalah rumus Alpha dipadukan dengan rumus korelasi product moment. Jika rxy sudah diperoleh, maka hasil perhitungan dimasukkan ke dalam rumus Alpha. Selanjutnya hasil uji reliabilitas angket penelitian dikonsultasikan dengan harga r product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga r11 > r tabel, maka instrumen dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga r11 < r tabel maka dikatakan instrumen tersebut tidak reliabel.
3.6. Teknik Analisis
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen setiap variabel, maka digunakan alat ukur korelasi berganda (R), sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen akan dilihat dari R2. Kemudian untuk melihat keeratan hubungan secara individu antara variabel independen dan dependen digunakan alat ukut korelasi parsial (r).
Dalam menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan dependen, model yang digunakan adalah model regresi berganda, yang dinyatakan sebagai berikut : ( Umar, Metode Riset Orgnisasi, 2004, 188 )
3.6.1. Hubungan antara Pengelolaan Alat pembelajaran terhadap kinerja Guru
Ý = a + b1X1+ e
Dimana :
Ý = Kinerja
a = Konstanta ( nilai kinerja jika nilai pengelolaa alat pembelajaran sama
dengan nol
b1 = koefisien regresi (besarnya nilai kenaikan kinerja jika nilai x1 naik sebesar b1
X1 = Pengelolaan Alat pembelajaran
e = error term

3.6.2. Hubungan antara Iklim Sekolah terhadap kinerja Guru
Ý = a + b2X2+ e
Dimana :
Ý = Kinerja
a = Konstanta ( nilai kinerja jika nilai iklim sekolah sama dengan nol
b2 = koefisien regresi (besarnya nilai kenaikan kinerja jika nilai x2 naik sebesar b2
X2 = Iklim sekolah
e = error term
3.6.3. Hubungan antara Pengelolaan Alat pembelajaran dan Iklim sekolah terhadap kinerja Guru
Ý = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
Ý = Kinerja
a = Konstanta ( nilai kinerja jika nilai iklim sekolah sama dengan nol
b1 b2 = koefisien regresi (besarnya nilai kenaikan kinerja jika nilai x1 atau x2 naik sebesar b1, b2
X1 = Pengelolaan Alat pembelajaran
X2 = Iklim sekolah
e = error term













Daftar Pustaka
Adi, Saiful, 2008, Kompetensi yang harus di miliki seorang guru.,www.saiful_adi_wordpress.com.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali Press
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: PT Apollo.
Depdiknas, Permen No.24 tahun 2007, Sarana Prasarana Sekolah Madrasah, 2007
-----------------, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, 2003
-----------------, UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, 2005
Husein Umar, , 2002, Metode Reset Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, Cet. I, h. 3
Kartini, Kartono, Menyiapkan Memadukan Karir, Jakarta: CV Rajawali, 1985.
Karsidi, Ravik, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Bahan Ceramah di Pondok Assalam, Surakarta 19 Februari 2000.
Kurniati, Leili, 2007, Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: PT Refika
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Manajemen sumber data perusahaan, Bandung:PT Refika Aditema 2004
Moos, Rudolf, 1976, The Human Context, Tersedia Blog : handoz.blogspot.com, (08 November 2010).
Musyaropah, KINERJA GURU di MTs Al-Wathoniyah I Cilungup Duren Sawit - Jakarta Timur, 2008
Nurubay, Siti, 2008, Pengaruh Pemanfaatan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMP Dua Mei Ciputat
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta CV. Eko Jaya, 2005
Purwanto, M. Ngalim, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,2002
Prabu, A.A Mangkunegara Anwar, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: PT. Rosdakarya, 2000
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan, Demokratis sebuah model perlibatanet
Retno Utami, Mutaminah,2006, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 8 Semarang
Simanjutak, Payaman J, Manajemen Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit